Proses Pembentukan
Spermatozoa (Spermatogenesis)
Spermatogenesis merupakan proses pembentukan dan pematangan
spermatozoa (sel benih pria). Spermatogenesis dimulai dengan pertumbuhan
spermatogonium menjadi sel yang lebih besar disebut spermatosit primer. Sel-sel
ini membelah secara mitosis menjadi dua spermatosit sekunder yang sama besar,
kemudian mengalami pembelahan meiosis menjadi empat spermatid yang sama besar.
Spermatid adalah sebuah sel bundar dengan sejumlah besar protoplasma dan
merupakan gamet dewasa dengan sejumlah kromosom haploid. Proses ini berlangsung
dalam testis (buah zakar) dan lamanya sekitar 72 hari. Proses spermatogenesis
sangat bergantung pada mekanisme hormonal tubuh.
Spermatozoa ( sperma) yang normal memiliki
kepala dan ekor, di mana kepala mengandung materi genetik DNA, dan ekor yang
merupakan alat pergerakan sperma. Sperma yang matang memiliki kepala dengan
bentuk lonjong dan datar serta memiliki ekor bergelombang yang berguna
mendorong sperma memasuki air mani. Kepala sperma mengandung inti yang memiliki
kromosom dan juga memiliki struktur yang disebut akrosom. Akrosom mampu menembus lapisan jelly yang
mengelilingi telur dan membuahinya bila perlu. Sperma diproduksi oleh organ
yang bernama testis dalam kantung zakar. Hal ini menyebabkan testis terasa
lebih dingin dibandingkan anggota tubuh lainnya. Pembentukan sperma berjalan
lambat pada suhu normal, tapi terus-menerus terjadi pada suhu yang lebih rendah
dalam kantung zakar.
Pada tubulus seminiferus testis terdapat sel-sel
induk spermatozoa atau spermatogonium. Selain itu juga terdapat sel Sertoli
yang berfungsi memberi makan spermatozoa juga sel Leydig yang terdapat di
antara tubulus seminiferus. Sel Leydig berfungsi menghasilkan testosteron.
Spermatogonium berkembang menjadi sel spermatosit
primer. Sel spermatosit primer bermiosis menghasilkan spermatosit sekunder.
Spermatosit sekunder membelah lagi menghasilkan spermatid. Spermatid
berdeferensiasi menjadi spermatozoa masak. Bila spermatogenesis sudah selesai,
maka ABP (Androgen Binding Protein) testosteron tidak diperlukan lagi, sel Sertoli
akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik kepada hiposis agar
menghentikan sekresi FSH dan LH.
Kemudian spermatozoa akan keluar melalui uretra
bersama-sama dengan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis,
kelenjar prostat, dan kelenjar Cowper. Spermatozoa bersama cairan dari
kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu
ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa.
Pada laki-laki, spermatogenesis terjadi seumur hidup dan pelepasan spermatozoa
dapat terjadi setiap saat.
Pada akhir proses, terjadi pertumbuhan dan
perkembangan atau diferensiasi yang rumit, tetapi bukan pembelahan sel, yaitu
mengubah spermatid menjadi sperma yang fungsional. Nukleus mengecil dan menjadi
kepala sperma, sedangkan sebagian besar sitoplasma dibuang. Sperma ini
mengandung enzim yang memegang peranan dalam menembus membran sel telur.
Spermatogenesis terjadi secara diklik di semua
bagian tubulus seminiferus. Di setiap satu bagian tubulus, berbagai tahapan
tersebut berlangsung secara berurutan. Pada bagian tubulus yang berdekatan, sel
cenderung berada dalam satu tahapan lebih maju atau lebih dini. Pada manusia,
perkembangan spermatogonium menjadi sperma matang membutuhkan waktu 16 hari.
Spermatogenesis dipengaruhi oleh hormon gonadotropin, Follicle
Stimulating Hormone (FSH), Luteinizing
hormone (LH), dan hormon
testosteron.
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sperma
diproduksi oleh tubulus seminiferus. Hal yang mengagumkan dari kerja tubulus seminiferus ini adalah
mampu memproduksi sperma setiap hari sekitar 100 juta spermatozoa. Jumlah yang
normal spermatozoa berkisar antara 35 – 200 juta, tetapi mungkin pada seseorang
hanya memproduksi kurang dari 20 juta, maka orang tersebut dapat dikatakan
kurang subur. Biasanya faktor usia sangat berpengaruh terhadap produksi sperma.
Seorang laki-laki yang berusia lebih dari 55 tahun produksi spermanya
berangsur-angsur menurun. Pada usia di atas 90 tahun, seseorang akan kehilangan
tingkat kesuburan.
Selain usia, faktor lain yang mengurangi
kesuburan adalah frekuensi melakukan hubungan kelamin. Seseorang yang sering
melakukan hubungan kelamin akan berkurang kesuburannya. Hal ini disebabkan
karena sperma belum sempat dewasa sehingga tidak dapat membuahi sel telur.
Berkebalikan dengan hal itu, apabila sperma tidak pernah dikeluarkan maka
spermatozoa yang telah tua akan mati lalu diserap oleh tubuh.
1. Struktur Sperma
Sel-sel sperma memiliki struktur yang khusus.
Gambar Struktur sperma manusia
struktur spermatozoa tersebut terlihat mempunyai
bentuk mirip seperti kecebong (anak katak yang baru menetas), terdapat bagian
kepala dan ekor, dapat terlihat bahwa sel-sel sperma memiliki struktur sebagai
berikut.
1)
Kepala
Pada bagian ini terdapat inti sel. Bagian kepala
dilengkapi dengan suatu bagian yang disebut dengan akrosom, yaitu bagian ujung kepala sperma yang
berbentuk agak runcing dan menghasilkan enzim hialuronidase yang berfungsi untuk menembus dinding sel telur.
Di bagian kepala ini terdapat 22 kromosom tubuh dan 1 kromosom kelamin yaitu
kromosom Xatau Y, kromosom X untuk membentuk bayi berkelamin perempuan,
sedangkan kromosom Y untuk membentuk bayi berkelamin laki-laki. Kromosom
kelamin laki-laki inilah nantinya yang akan menentukan jenis kelamin pada
seorang bayi.
2)
Bagian tengah
Bagian tengah mengandung mitokondria yang berfungsi untuk pembentukan energi. Energi
tersebut berfungsi untuk pergerakan dan kehidupan sel sperma. Bahan bakar dalam
pembentukan energi ini adalah fruktosa.
3)
Ekor
Bagian ekor lebih panjang, bersifat motil atau banyak bergerak. Fungsinya adalah untuk
alat pergerakan sperma sehingga dapat mencapai sel telur. Pergerakan sel ini
maju didorong oleh bagian ekor dengan pergerakan menyerupai sirip belakang
ikan.
Pembentukan sperma dipengaruhi oleh hormon FSH (Folicel
Stimulating Hormone) dan LH (Lutenizing
Hormone). Pembentukan FSH dan LH
dikendalikan oleh hormon gonadotropinyaitu hormon yang disekresikan oleh kelenjar hipothalamus dari otak. Proses spermatogenesis juga dibantu
oleh hormon testosteron. Sperma yang sudah terbentuk di dalam testis seperti pada proses
di atas, kemudian akan disalurkan ke bagian epididimis dan kemudian ke vas
deferens, dan bercampur dengan sekret dari kelenjar prostat dan cowperi. Dari
tempat itu kemudian dikeluarkan melalui uretra yang terdapat di dalam penis.
Seperti yang sudah Anda ketahui, bahwa uretra juga merupakan saluran kencing
sehingga mungkin akan timbul pertanyaan, dapatkah sperma ini keluar bersamaan
air kencing? Jika hal ini terjadi maka spermatozoa akan mati karena air kencing
bersifat asam, sehingga hal ini tidak pernah terjadi. Ada pengaturan oleh
saraf-saraf uretra untuk pembagian kedua tugas ini. Ketika seorang laki-laki
dan seorang wanita bersenggama (melakukan hubungan seksual) maka saraf akan
mengontrol katup uretra agar tidak terbuka. Bahkan, sebelum terjadi ejakulasi,
cairan basa dari kelenjar cowperi akan menetralkan sisa-sisa air kencing yang
terdapat di dalam saluran tersebut.
2. Hormon reproduksi pada
pria
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh
kerja beberapa hormon. Hormon-hormon tersebut adalah sebagai berikut:
1) Testosteron
Testosteron adalah hormon yang bertanggung jawab
terhadap pertumbuhan seks sekunder pria seperti pertumbuhan rambut di wajah
(kumis dan jenggot), pertambahan massa otot, dan perubahan suara. Hormon ini
diproduksi di testis, yaitu di sel Leydig. Produksinya dipengaruhi oleh FSH (Follicle
Stimulating Hormone), yang dihasilkan oleh
hipofisis. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk
membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit
sekunder. Hormon ini berfungsi merangsang perkembangan organ seks primer pada
saat embrio, mempengaruhi perkembangan alat reproduksi dan ciri kelamin
sekunder serta mendorong spermatogenesis.
2) Luteinizing Hormone/LH
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis
anterior. Fungsi LH adalah merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon
testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat
kelamin sekunder. Pada pria, awal pubertas antara usia 13 sampai 15 tahun
terjadi peningkatan tinggi dan berat badan yang relatif cepat bersamaan dengan
pertambahan lingkar bahu dan pertambahan panjang penis dan testis. Rambut pubis
dan kumis serta jenggot mulai tumbuh. Pada masa ini, pria akan mengalami mimpi
basah.
3) Follicle Stimulating Hormone/FSH
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis
anterior. FSH berfungsi untuk merangsang sel Sertoli menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai
proses spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa
disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu
selama 2 hari.
4) Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel Sertoli ketika
distimulasi oleh FSH. Sel-sel Sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat
androgen yang mengikat testoteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam
cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk pematangan
sperma.
5) Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur
metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan
awal pada spermatogenesis.
6)
Hormon Gonadotropin
Hormon gonadotropin dihasilkan oleh hipotalamus.
Hormon ini berfungsi untuk merangsang kelenjar hipofisa bagian depan (anterior)
agar mengeluarkan hormon FSH dan LH.
ayo segera bergabung dengan kami hanya dengan minimal deposit 20.000
BalasHapusdapatkan bonus rollingan dana refferal ditunggu apa lagi
segera bergabung dengan kami di i*o*n*n*q*q